Rabu, 23 Februari 2011

kabupaten Nganjuk yang terletak di provinsi Jawa Timur memiliki luas kurang lebih 1.223 kilometer persegi. Sekitar 474 kilometer persegi daerahnya berupa persawahan. Kabupaten ini berbatasan dengan kabupaten Bojonegoro dan Kediri di bagian utara dan selatan. Berbatasan dengan kabupaten Madiun dan Jombang di bagian barat dan timur.
Wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, membuat kondisi dan struktur tanah di kota Nganjuk menjadi cukup produktif untuk lahan pertanian. Terlebih, dengan adanya Sungai Widas dan Sungai Brantas yang mampu mengaliri daerah seluas kurang lebih 15.000 Ha.
Beras dan Bawang Merah
Potensi kota Nganjuk dalam bidang pertanian yang dapat diandalkan, antara lain padi, palawija, dan buah-buahan. Khusus untuk produksi padi atau beras, Nganjuk memiliki prestasi sebagai salah satu daerah pemasok beras tingkat regional dan nasional sehingga sering disebut sebagai salah satu lumbung beras nasional.
Komoditas lain yang menjadi salah satu ciri khas daerah ini adalah fungsinya sebagai sentra industri bawang merah. Komoditas ini tumbuh subur di hampir 14 kecamatan dari total 20 kecamatan yang dimiliki kabupaten Nganjuk. Bawang merah sangat dominan sehingga daerah ini dikenal sebagai sentra industri penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur.
Luas daerah keseluruhan untuk budidaya tanaman ini sekitar 4.416 Ha dengan pusat-pusatnya di kecamatan Sukomoro, Rejoso, Bagor, dan Gondang.
Kota Angin
Selain dikenal sebagai lumbung beras dan penghasil bawang merah terbesar, kota ini juga kerap disebut sebagai Kota Angin. Ternyata, sebutan ini muncul karena pada bulan-bulan tertentu, yaitu sekitar Juli sampai September setiap tahunnya, tiupan angin yang kencang terjadi rutin hampir setiap hari di tempat ini.
Mungkin itu juga yang membuat nasi pecel bledek, kuliner kondang di daerah ini, menjadi santapan lezat bila dimakan saat angin kencang. Nasi pecel bledek ini mempunyai bumbu sambal yang sangat khas karena pedasnya luar biasa dan terasa bagai petir atau bledek. Biasanya, pecel super pedas ini disajikan bersama rempeyek renyah.
Selain nasi pecel ini, masih banyak kuliner khas Nganjuk yang layak dicoba, seperti nasi becek, dumbleg, kerupuk upil, dan lain-lain.
Tari Mongde
Tari mongde atau mungdhe adalah salah satu kesenian khas Nganjuk. Tarian ini konon semula diciptakan oleh sisa-sisa prajurit Diponegoro yang menetap di Desa Termas, Nganjuk, untuk mengumpulkan kembali para prajurit Diponegoro yang berada di berbagai daerah.Tari mongde menampilkan semangat perjuangan para prajurit di medan perang.
Tanpa kenal letih, mereka terus berlatih gerakan-gerakan khas seperti latihan baris-berbaris dan adegan perang-perangan. Kesenian ini disebut mongde berasal dari perpaduannya dengan bunyi alat musik tradisional yang mengiringinya. Alat pertama biasa disebut penitir, yaitu semacam kempul yang mengeluarkan bunyi “mung”, dan alat kedua yang dikenal dengan bendhe, yaitu semacam kempul yang mengeluarkan bunyi “dhe”.
Alat musik pengiring lainnya berupa jur, kempyang atau kencer, timplung, kendang, dan suling. Yang unik dari kesenian mongde, salah satunya adalah tata rias wajah dan busana para pemainnya. Gambaran seorang prajurit bangsawan yang gagah diwujudkan dengan penambahan atau mempertebal bagian tertentu pada wajah, seperti alis mata, kumis, godek.
Kekhasannya juga terdapat pada warna topeng yang menggunakan warna putih dan hitam. Selain atraksi tari mongde, Nganjuk memiliki tempat-tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, seperti Air Terjun Sedudo dan Roro Kuning, Wisata Candi Ngetos dan Candi Lor, Gua Margotrisno, dan Monumen Gerilya Jenderal Sudirman.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar